“Sulit untuk menghindari perubahan global, nasional maupun lokal yang kini lambat laun mengikis hal – hal yang telah direncanakan maupun yang sudah berjalan. Kondisi inilah yang dihadapi oleh Indonesia sebagai negara kepulauan yang mulai mengusut konsep maritim sebagai pengganda ekonomi kepada kawasan – kawasan yang berhadapan langsung dengan laut Nusantara, termasuk Sulawesi Selatan.
Kawasan ini sesungguhnya memiliki potensi kekayaan yang melimpah, namun masih dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mengoptimalkan pemerataan pembangunan. Tantangan utama yang dihadapi adalah mengenai trend dan isu kepemimpinan yang belum sepenuhnya sejalan dengan harapan masyarakat hingga pada isu realitas pembangunan yang paradoksal.
Sebagai pemikir politik, keamanan dan pembangunan yang visioner, kehadiran Brorivai berhasrat mengkontribusikan gagasannya untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan antara sektor agraris dan sektor maritim, serta mendorong integrasi kebijakan pembangunan nasional dan daerah.
Olehnya itu, untuk mengantisipasi menguatnya perkembangan pergeseran “blue ocean shift” atau pergeseran samudra biru yang melampaui persaingan saat ini dan di masa akan datang, Brorivai membentuk lembaga strategis non-pemerintah yang peduli terhadap dinamika perubahan dan keberlanjutan kepemimpinan dan demokratisasi. Selain itu, merespons dilema pembangunan (pertumbuhan versus ketidakadilan dan modernisasi versus ketertinggalan) yang kini terus masih melanda negeri ini. Suatu keniscayaan kemudian Brorivai akan terus tanggap dan mengawal demokrasi, NKRI, serta keberlanjutan pembangunan dengan tetap menjaga “dignity” atau kebanggaan nasional dan kearifan lokal.”