Paslon 01, Jokowi-Ma’ruf beberapa waktu terakhir mulai melempar isu-isu menyerang Paslon 02 Prabowo-Sandi. Salah satunya terkait dengan lontaran Presiden Jokowi yang mengundang perhatian publik, soal istilah ‘Propaganda Rusia’.
Menurut Founder BRORIVAI Center, Bro Rivai, kalimat ‘Propaganda Rusia’ yang dilontarkan Presiden Jokowi, secara terminologis sesungguhnya tidak diarahkan kepada Rusia sebagai negara.
Melainkan sebuah istilah yang digunakan dalam modus operandi dalam beberapa proses pemilihan umum seperti di Amerika Serikat, Brazil, dan Brexit.
“Pilpres Amerika Serikat menjadi contoh pembangunan strategi operasi semburan fitnah atau teknik firehouse of falsehood. Tujuannya untuk membuat dusta mengalahkan kebenaran mencapai puncaknya. Sehingga kini sudah menjadi bagian dari metode perpolitikan baru di era post-truth,” ujarnya, Kamis (7/1/2019).
Kata Pakar Ketahanan Nasional ini, terlepas dari konteks pemilu dalam negeri, isu propaganda oleh Rusia (terutama via media sosial) yang pertama kali berhembus kencang sejak Pemilu Presiden AS tahun 2016 lalu itu yang hingga kini masih simpang siur.
“Namun yang pasti pola operasi tersebut dapat menghancurkan kepercayaan publik ke otoritas politik, termasuk media,” jelasnya.
Apapun itu, dengan diterapkannya semburan kebohongan, dusta dan kabar hoaks dalam menyongsong Pilpres mendatang, bisa mempengaruhi dan membuat ketidakpastian dan berpotensi merusak tatanan demokrasi.
Istilah Propaganda Rusia, kata dia, menarik untuk dicermati secara etik dalam kehidupan bernegara dan hubungan internasional.”Istilah itu sudah mulai populer sejak tiga tahun yang lalu dan menjadi istilah dan referensi dalam studi kajian stratejik dan global,” jelasnya.
Menurutnya, propaganda dalam perpolitikan dan perebutan kekuasaan adalah lumrah terjadi. “Di tengah pertarungan politik perebutan kekuasaan, propaganda politik itu adalah sesuatu yang lumrah terjadi dimanapun,” ujarnya.
Sekadar diketahui, Istilah ‘propaganda Rusia’ itu dilontarkan Jokowi saat menghadiri kampanye dukungan dari Forum Alumni Jawa Timur di Surabaya, Sabtu lalu (2/2).
Pihak Kedubes Rusia pun melakukan klarifikasi. Pemerintah Rusia ditegaskan tidak ingin mencampuri urusan dalam negeri Indonesia, termasuk di dalamnya Pilpres 2019.
Menurut Kedubes Rusia, istilah Propaganda Rusia yang muncul tahun 2016 pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat sama sekali tidak berdasarkan pada realitas.
“Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia,” demikian pernyataan Kedubes Rusia melalui akun twitter mereka, Senin siang lalu