BRORIVAI CENTER

Paradigma Ketahanan Nasional Harus Berubah

Peringatan Dies Natalis ke 35, Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (PKN-UI) seyogyanya juga dapat membahas pentingnya review tentang paradigma studi ketahanan nasional.

Menurut Dr. Abdul Rivai Ras, Founder Brorivai Center, yang juga pengajar senior PKN-UI, paradigma ketahanan nasional harus berubah.

Dalam pandangannya, ketahanan nasional hari ini dipandang sebagai kajian stratejik yang sangat penting, tidak hanya digunakan untuk mengukur kondisi dinamis suatu bangsa, lemah atau kuatnya suatu negara dan hanya sekedar ajaran yang di set-up bagi kepentingan derivatif pemerintahan, tetapi harus dilihat dari sisi pendekatannya sesuai perkembangan jaman.

“Paradigma ketahanan nasional harus kita transformasi agar dapat kompatibel dengan konsep kajian stratejik yang bermuara pada urusan kepemimpinan keamanan nasional,” ungkapnya saat dihubungi Kamis, (27/09).

Lebih lanjut, Rivai menjelaskan bahwa konsep ketahanan nasional harus dikembangkan secara saintifik dan dapat disejajarkan sebagai sebuah studi stratejik-multidisiplin yang kini digandrungi oleh para pengambil kebijakan di negara-negara maju.

“Kajian ketahanan nasional sebenarnya bicara soal kekuatan nasional, stabilitas dan performa negara. Artinya studi ini tidak boleh lagi bersifat doktrinal untuk menghadapi ideologi lain, tetapi diperluas sebagai studi yang sarat dengan instrumen analisis dalam mengelaborasi tentang politik global, keamanan nasional, pembangunan berkelanjutan, dan demokrasi,” papar pendiri Universitas Pertahanan ini.

 

Dies Natalis Kajian Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI

Seperti diketahui latar belakang sejarah kelahiran konsepsi ketahanan nasional, yang diawali pada tahun 1960-an, dimana kalangan militer angkatan darat di SSKAD (sekarang SESKOAD) mencoba mengembangkan pemikiran pertahanan dalam mencegah pengaruh komunisme yang berasal dari Uni Soviet dan Tiongkok.

Pengaruh komunisme menjalar sampai kawasan Indo-Cina sehingga satu persatu kawasan itu menjadi negara komunis, seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Bahkan infiltrasi komunis mulai masuk ke Thailand, Malaysia, dan Singapura.

“Saatnya kita mereview kajian ini, sehingga lebih adaptable, responsif, dan dapat menjadi kecabangan keilmuan stratejik yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, sekaligus bisa membedakan apa itu pertahanan, bela negara, keamanan dan ketahanan,” tegas Rivai.

Acara Dies Natalis Kajian Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, dirangkaikan dengan diskusi dan peluncuran jurnal dengan tema “Meningkatkan Kesejahteraan Bangsa dan Negara Untuk Menjaga Keamanan Nasional” bertempat di ruang IASTH Lantai 3, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 27 September 2018.

Exit mobile version