Bro RIvai: Bahaya Laut Tiongkok Selatan Sangat Potensial
Jakarta – Bahaya Laut Cina Selatan (LCS) atau Laut Natuna Utara menjadi isu penting yang harus dikaji dan diwaspadai untuk mengantisipasi gerakan Tiongkok dalam melakukan ekspansionisme di kawasan.
Menurut Dr. Abdul Rivai Ras, LCS menjadi komoditas politik international yang sangat empuk untuk diolah secara geopolitik demi kepentingan derivatif bagi negara/bangsa tertentu. Isu ini diangkat dalam diskusi dan peluncuran buku Trilogi Pribumisme, M.D. La Ode di Auditorium Perpustakaan lt 2, Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Oktober 2018.
“Penguasaan LCS oleh Tiongkok semakin assertif terbukti menguatnya konsep jalur sutera maritim (maritime silk road) yang diperluas melintasi kawasan Indo-Pasifik yang sejalan dengan strategi untaian mutiara Tiongkok (China’s String of Pearls). Bahkan Tiongkok menggelar strategi dan operasi Anti-Access Area Denial yang juga dilengkapi infrastruktur militer di Hainan kawasan LCS,” paparnya.
Abdul Rivai Ras (Bro Rivai) memaparkan materi terkait bahaya Laut Tiongkok Selatan
Kini masalah LCS menjadi isu penting dan strategis karena akan semakin bereskalasi menyusul adanya sikap masyarakat international melalui Mahkamah Arbitrase (2016) yang menilai Tiongkok tidak punya dasar hukum dalam klaim di kawasan itu.
“Indonesia tetap harus waspada dengan Tiongkok menyusul Kongres Rakyat Nasional menghapus batas waktu jabatan presiden Cina (11/3/18) sehingga membuat Xi Jinping menjadi presiden seumur hidup atau tanpa dibatasi masa jabatan. Selain itu, kita harus mengantisipasi potensi konflik LCS karena bila terjadi konflik terbuka akan ada spill over ke wilayah Indonesia,” tambah Rivai.
Para pembicara diskusi dan peluncuran buku Trilogi Pribumisme
Peluncuran buku Triologi Pribumisme karya Dr. MD. La Ode, dibuka oleh Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. dan dilanjutkan sambutan oleh Letjen (Purn) TNI, Prof. Dr. Syarifuddin Tippe
