Setelah 31 orang pekerja pembangunan jembatan di Papua tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Sipil atau Separatis Bersenjata (KKSB) pada awal Desember tahun lalu, kini kembali tiga anggota TNI tewas saat baku tembak di Distrik Mugi, Nduga, Papua.
Peristiwa ini sedikit berbeda karena pelaku lebih berani berhadapan dengan pasukan TNI. Insiden ini terjadi pada hari Kamis, 7 Maret 2019, pukul 15.00 WIT, ketika pasukan TNI Satgas Gakkum kekuatan 25 orang mengamankan jalur pergeseran pasukan.
Kekerasan demi kekerasan yang terus berlangsung di Papua itu mendapat perhatian serius dari pemerhati politik, keamanan dan pembangunan, Dr. Abdul Rivai Ras, yang menilai bahwa saatnya pemerintah merubah pendekatan penanganan konflik di Papua.
Menurut pengajar keamanan nasional Universitas Pertahanan (Unhan), penanganan kekerasan Papua butuh strategi jitu, bukan hanya pendekatan penegakan hukum dan militer, tetapi yang jauh lebih penting adalah pendekatan kesehjahteraan.
“Penanganan kekerasan itu bukan diselesaikan dengan kekerasan, melainkan harus dibarengi dengan pendekatan soft power dan power of nature. Artinya, secara strategis dalam mengatasi kekerasan dan konflik itu harus didekati dengan pembangunan dan kesejahteraan,” ungkap Rivai saat dihubungi awak media via seluler, Sabtu, 9 Maret 2019.
Lanjut Rivai menjelaskan, pembangunan yang dilakukan selama ini oleh pemerintah, lebih condong ke wilayah utara, barat dan selatan Papua, sementara pembangunan di wilayah pengunungan tengah mulai dari Puncak Jaya, Lani Jaya, Nduga masih sangat terlambat dan bahkan jauh tertinggal.
“Di sinilah letak kecemburuan sosial masyarakat Nduga dan sekitarnya karena merasa dibedakan dengan masyarakat Papua yang berada di utara dan barat yang lebih awal menikmati akses pembangunan jalan termasuk bantuan sosial lainnya. Coba cek, kini kelompok bersenjata di Papua Barat, Monokwari dan sekitarnya mulai menghentikan aktivitasnya,” jelas pendiri Unhan dan Brorivai Center ini.
Seperti yang dikabarkan, tiga prajurit TNI yang meninggal dunia dalam insiden baku tembak di Nduga itu dilakukan oleh KKSB di bawah kendali Egianus Kogoya yang merupakan otak dari serangan tersebut, dan orang yang paling getol memprotes ketidakadilan pembangunan di wilayah itu.
“Siapapun presiden yang terpilih nanti, soal Papua tetap harus menjadi perhatian serius dengan mengedepankan ketercukupan kebutuhan dasar, mendorong kesejahteraan, meletakkannya sebagai wilayah bebas dari kekerasan, dan bebas dari berbagai internasionalisasi politik,” tutupnya.